Alat
Musik Gamelan
Secara
etimologis, gamelan berasal dari bahasa Jawa, yaitu gamel yang
berarti memukul atau memainkan. Gamelan Sunda berkembang di pulau Jawa,
khususnya di Jawa Barat. Gamelan merupakan salah satu ensambel musik tradisonal
yang paling populer dan dikagumi oleh warga Internasional. Gamelan sering
digunakan sebagai musik pengiring pada kesenian tradisional wayang,
upacara adat, dan berbagai ritual. Satu perangkat gamelan paling tidak terdiri
dari saron, gambang, panerus, suling degung, rebab, kecapi, bonang,
kulanter,kendang, jengglong, dan goong.
Dari
segi irama, gamelan Sunda dapat dibedakan dengan gamelan Bali dan gamelan Jawa.
Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih merdu dengan tempo lambat, berbanding terbaik
dengan gamelan Bali yang cenderung rancak. Gamelan Sunda didominasi oleh suara
suling atau rebab, sehingga lebih berkesan mendayu-dayu.
Tidak
ada yang menyebutkan kapan tepatnya gamelan masuk ke tanah Sunda, tetapi
tanda-tanda adanya kesenian ini di tatar Sunda dijelaskan dalam naskah Sang
Hyang Siksa Kanda Ng Karesian, bahwa kesenian ini mulai masuk pada abad 16.
Dalam naskah tersebut, dijelaskan bahwa pada waktu itu pemain gamelan disebut
Kumbang Gending, dan ahli karawitan disebut Paraguna. Naskah Sewaka Darma
menyebutkan bahwa gamelan sunda disebut juga Gangsa.
Mulanya,
gamelan sunda hanya terdiri atas bonang, saron panjang, jenglong, dan goong.
Kemudian penambahan-penambahan waditra terjadi sesuai dengan kebutuhan musikal,
misalnya penambahan kendang, suling, dan rebab.
Bupati
Cianjur, RT Wiranatakusumah V (1912—1920) sempat melarang permainan gamelan
yang disertai dengan nyanyian, karena membuat suasana menjadi kurang khidmat.
Setelah diangkat menjadi bupati Bandung pada tahun 1920, beliau memboyong
gamelan dari pendopo Cianjur ke pendopo Bandung, berikut para nayaga.
Gamelan bernama Pamagersari ini memukau saudagar Pasar Baru Bandung keturunan
Palembang, bernama Anang Thayib. Ia tertarik menggunakannya dalam acara
hajatan dan memohon ijin pada Bupati sekaligus sahabatnya itu. Sejak itu,
degung digunakan untuk perhelatan umum.
Terdapat
tiga jenis gamelan yang berkembang di tanah Sunda, antara lain gamelan renteng,
gamelan salendro atau pelog, dan gamelan ketuk tilu. Gamelan salendro biasanya
digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari-tarian, kliningan, dll.
Sehingga gamelan salendro menjadi gamelan yang poluler diantara jenis gamelan
yang lain.
Gamelan
Renteng berkembang di beberapa tempat, salah satunya di Batu Karut, Cikalong.
melihat bentuk dan interval gamelan renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan
besar gamelan sunda yang sekarang berkembang bermula dari gamelan renteng.
Adapun Gamelan Ketuk Tilu biasanya dipakai untuk mengiringi kesenian ketuk
tilu, ronggeng gunung, ronggeng ketuk, doger, dan topeng banjet.